Keistimewaan Puasa Pada Tanggal 13, 14, 15 Bulan Sya'ban(AyyamulBidh)
Tahun hijriyah menggunakan penanggalan qomariyah. Bukan suatu kebetulan islam telah menggunakan penanggalan qomariyah. Penanggalan ini telah disampaikan 1400 tahun yang lalu oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW memahami bahwa hari-hari di bulan purnama merupakan hari-hari kelabilan emosi manusia dan untuk mengantisipasinya, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berpuasa di hari-hari tersebut sebagai bentuk penyeimbang dan menetralisir magnitut potensi manusia berbuat keburukan.
Sungguh sunnah rasulullah SAW untuk ayyamul bidh pada tanggal 13, 14, dan 15 (bulan sya'ba) memberikan makna dan hikmah besar bagi manusia.
Menurut Yahya bin Mu’adz bahwa Sya’ban terdiri dari lima huruf yaitu syin, ‘ain, ba’, alif dan nun dan masing-masing bernakna sebagai berikut:
1. Syin : syarafatun atau syafa’atun yang berarti kemuliaan dan syafa’at.
2. ‘Ain : Al ’izzah wa karomah yang berarti kemenangan dan karomah.
3. Ba’ : Al Birru yang berarti kebaikan.
4. Alif : Ulfah yang berarti rasa belas kasihan.
5. Nun : Nur yang berarti cahaya.
Itulah sebabnya bulan Rajab menjadi bulan untuk mensucikan tubuh, bulan Sya’ban untuk mensucikan lubuk hati dan Ramadhan untuk mensucikan jiwa/ ruh. Maka barang siapa yang mensucikan tubuhnya di bulan Rajab, sucilah hatinya di bulan Sya’ban, dan siapa yang mensucikan lubuk hatinya di bulan Sya’ban, sucilah jiwanya di bulan Ramadhan (Durrotun Nashihin).
Ayyam merupakan bentuk jamak dari yaum yang berarti hari-hari, sedangkan bidh bermakna putih, sehingga ayyamul bidh mengandung pengertian sebagai hari-hari putih, dimana pada saat itu kondisi bulan sedang purnama dan memancarkan cahayanya secara penuh dan sempurna.
Diriwayatkan dari Qotadah bin Milhan r.a. bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami untuk berpuasa AyyamulBidh pada hari ketigabelas, keempatbelas dan kelimabelas (HR. Abu Dawud).
Abdullah bin ‘Amru bin Al-’Ash r.a. mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda kepadanya,
“Dan, sesungguhnya cukuplah bagimu berpuasa tiga hari dari setiap bulan. Sesungguhnya amal kebajikan itu ganjarannya sepuluh kali lipat, seolah ia seperti berpuasa sepanjang tahun” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan an Nasai).
Puasa AyyamulBidh merupakan puasa yang selalu dilakukan (sunah muakkad) oleh teladan sempurna rasulullah SAW dan beliau juga mewasiatkannya kepada para sahabat, tabi’in dan umatnya.
Abu Hurairah r.a berkata bahwa teman dekatnya (Rasulallah SAW) berpesan tiga hal kepadanya, yaitu (1) berpuasa tiga hari setiap bulan, (2) shalat dhuha, dan (3) shalat witir sebelum tidur (Muttafaqun ‘alaih).
Ibnu Abbas r.a. berkata “Rasulullah SAW selalu berpuasa pada AyyamulBidh, baik di rumah maupun saat sedang bepergian” (HR. an-Nasa’i).
Mu’adzah Al-Adawiyyah menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah r.a. “apakah rasulullah SAW berpuasa tiga hari setip bulan?” Aisyah r.a. menjawab “ya”. Saya bertanya ” dari bagian bulan mana beliau berpuasa?”. Aisyah r.a. menjawab “beliau tidak peduli dari bagian mana beliau berpuasa”.
“Wahai Abu Dzarr, jika engkau ingin berpuasa tiga hari dari salah satu bulan, maka berpuasalah pada hari ketigabelas, keempatbelas dan kelimabelas”. (HR. At Tirmidzi).